5 Hal Sepele yang Bikin Narsisis Panik dan Gelisah

5 hal sepele yang bikin narsisis panik dan gelisah

edukasinpd.com – Halo, sahabat edukasinpd.com! Kali ini, Bunda Nunki ingin berbagi tentang topik yang sering kali menjadi perbincangan hangat dalam dunia psikologi, terutama ketika kita membahas tentang Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau Gangguan Kepribadian Narsistik. Anda mungkin sudah tahu bahwa narsisis terkenal dengan reaksi mereka yang berlebihan terhadap situasi besar, seperti penolakan atau kritik. Namun, tahukah Anda bahwa ada hal-hal kecil yang ternyata bisa membuat seorang narsisis merasa panik dan terancam?

Nah, mari kita telusuri lima hal kecil yang dapat membuat seorang narsisis merasa tidak nyaman dan panik. Sebelum kita mulai, penting untuk diingat bahwa tulisan ini bukan untuk menghakimi, melainkan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam tentang perilaku narsisis. Yuk, simak lebih lanjut!

1. Ketika Hal Tidak Berjalan Sesuai Keinginan Mereka

Bagi seorang narsisis, menjadi prioritas utama adalah suatu keharusan. Mereka memiliki kebutuhan mendalam untuk merasa istimewa dan diutamakan dalam berbagai situasi. Bayangkan saja, saat mereka harus menunggu dalam antrean panjang atau tidak mendapat pelayanan pertama, itu bisa menjadi pemicu stres yang luar biasa. Hal ini bisa membuat mereka panik, marah, atau bahkan bertindak agresif.

Kenapa bisa begitu? Narsisis sering kali memiliki perasaan superioritas yang membuat mereka percaya bahwa mereka berhak mendapatkan yang terbaik dan pertama kali. Ketika hal-hal tidak berjalan sesuai harapan mereka, mereka merasa “dihina” atau “direndahkan”, yang kemudian memicu kecemasan dan amarah. Menurut penelitian dari American Psychological Association (APA), narsisis cenderung mengalami kesulitan besar dalam menghadapi ketidakpastian atau ketidaksesuaian karena mereka merasa hal ini mengancam identitas superior mereka.

2. Ekspektasi untuk Memberi Secara Tanpa Syarat

Memberi dengan tulus tanpa mengharapkan imbalan adalah konsep yang sulit dipahami bagi seorang narsisis. Mereka sering kali melihat hubungan dengan orang lain sebagai bentuk transaksi. Misalnya, ketika seorang narsisis memberikan bantuan atau hadiah, mereka mungkin akan mengharapkan imbalan berupa pujian, perhatian, atau pengakuan.

Baca Juga:  Apakah Kamu Dikelilingi Orang dengan Sifat Dark Triad?

Apa dampaknya? Saat orang lain tidak memberikan apresiasi atau imbalan yang diharapkan, seorang narsisis bisa merasa marah atau tersinggung. Bagi mereka, tindakan memberi adalah investasi yang harus membawa kembali keuntungan. Hal ini mencerminkan kurangnya empati yang merupakan ciri khas dari gangguan kepribadian narsistik. Menurut ahli psikologi klinis, Dr. Ramani Durvasula, narsisis melihat anak atau tanggungan mereka sebagai beban daripada tanggung jawab yang diambil dengan penuh cinta. Setiap pengorbanan atau pemberian dilihat sebagai “investasi”, bukan tindakan cinta atau tanggung jawab.

3. Melihat Orang Lain Lebih Berhasil

Menyaksikan keberhasilan orang lain bisa menjadi pengalaman yang mengganggu bagi seorang narsisis. Mereka cenderung melihat kesuksesan orang lain sebagai ancaman terhadap posisi atau status mereka. Alih-alih merasa termotivasi atau terinspirasi, mereka lebih sering merasa cemburu dan iri. Mereka mungkin akan mencoba merendahkan pencapaian orang lain atau mencari-cari alasan untuk mendiskreditkan keberhasilan tersebut.

Kenapa ini bisa terjadi? Bagi narsisis, dunia adalah kompetisi yang harus dimenangkan. Mereka membutuhkan validasi eksternal untuk mempertahankan harga diri yang rapuh. Ketika seseorang yang dekat dengan mereka lebih sukses, mereka merasa diremehkan atau dikalahkan. Penelitian dari Journal of Personality Disorders menyebutkan bahwa narsisis memiliki kebutuhan untuk merasa superior dibandingkan orang lain, dan ketika hal ini tidak terjadi, mereka mengalami ketidaknyamanan emosional yang mendalam.

4. Diminta untuk Mengambil Tindakan atas Masalah Mereka

Meskipun sering mengeluh tentang situasi dalam hidup mereka, seorang narsisis biasanya tidak suka ketika disarankan untuk mengambil tindakan nyata. Mereka lebih memilih menjadi “korban” yang mendapatkan simpati daripada harus benar-benar memperbaiki situasi mereka. Ketika seseorang menyarankan solusi atau meminta mereka bertindak, narsisis bisa merasa sangat terganggu.

Baca Juga:  Mengungkap Siklus Narsisis yang Jarang Diketahui Orang

Mengapa demikian? Mengambil tanggung jawab atas masalah berarti mengakui bahwa mereka memiliki kekurangan atau membuat kesalahan, dan ini adalah sesuatu yang sangat sulit bagi seorang narsisis. Dalam perspektif narsisis, mengakui kekurangan adalah tanda kelemahan, sesuatu yang mereka coba hindari dengan segala cara. Menurut Dr. Craig Malkin, seorang psikolog klinis dan penulis buku “Rethinking Narcissism,” narsisis lebih suka mengontrol narasi sebagai korban untuk menghindari konfrontasi dengan kekurangan mereka sendiri.

5. Orang Lain Mendapatkan Bantuan

Seorang narsisis sering merasa terancam ketika orang di sekitarnya mencari bantuan dari luar. Mereka ingin menjadi satu-satunya sumber dukungan dan kontrol. Ketika pasangan, teman, atau anggota keluarga mencari bantuan dari pihak lain (misalnya, terapis, konselor, atau teman dekat), narsisis bisa merasa cemburu dan berusaha mengisolasi orang tersebut agar kembali bergantung pada mereka.

Apa yang terjadi di balik ini? Ketergantungan orang lain adalah bentuk kontrol bagi narsisis. Ketika kontrol ini terancam, narsisis merasa kehilangan kekuatan. Ini bisa memicu perilaku manipulatif, seperti meremehkan pihak yang memberi bantuan atau menciptakan situasi yang membuat orang tersebut merasa bersalah karena mencari bantuan dari luar. Sebagaimana dicatat oleh Mayo Clinic, narsisis sering kali memerlukan kontrol atas lingkungan mereka untuk merasa aman dan berharga.

Kesimpulan

Mengetahui hal-hal kecil yang dapat membuat seorang narsisis merasa terancam atau panik adalah langkah pertama untuk memahami dinamika hubungan dengan mereka. Narsisis bukanlah “monster,” melainkan individu dengan luka emosional yang dalam dan cara pandang yang berbeda terhadap dunia. Dengan pemahaman yang lebih baik, kita bisa mengembangkan cara yang lebih sehat untuk berinteraksi dengan mereka dan menjaga kesejahteraan emosional kita sendiri.

Baca Juga:  Narsisis dan Kebiasaan Mengubah Topik Saat Disalahkan

Tags

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Isi form berikut untuk berlangganan artikel terbaru Edukasi NPD