Pernah merasa hubungan pertemananmu berjalan hanya satu arah? Kamu mendengarkan, mendukung, dan mengalah—tapi giliran kamu butuh, dia menghilang atau malah menyalahkanmu. Jika ini terasa akrab, mungkin kamu sedang menjalin pertemanan dengan seseorang yang memiliki kecenderungan narsistik.
Bagaimana Rasanya Berteman dengan Narsisis?
Di awal, pertemanan dengan narsisis sering terasa menyenangkan. Mereka bisa sangat memikat, penuh percaya diri, dan membuatmu merasa istimewa. Tapi seiring waktu, dinamika mulai berubah:
- Kamu mulai merasa lelah secara emosional
- Kebutuhan dan batasmu sering diabaikan
- Setiap perbedaan pendapat berubah jadi konflik besar
- Mereka hadir hanya saat butuh sesuatu
Menurut penelitian dalam Journal of Personality and Social Psychology, individu dengan Narcissistic Personality Disorder (NPD) sering gagal mempertahankan hubungan jangka panjang karena minimnya empati dan ketidakmampuan membangun koneksi emosional yang sejajar.
Mengapa Narsisis Sulit Menjaga Hubungan Jangka Panjang?
Dalam pertemanan sehat, ada timbal balik: saling mendengar, menghargai batas, dan saling hadir saat dibutuhkan. Narsisis, sayangnya, lebih berfokus pada kebutuhan dan citra dirinya sendiri. Mereka cenderung:
- Menggunakan teman sebagai cermin untuk memperkuat ego
- Tidak tahan kritik atau penolakan, sekecil apa pun
- Memutus pertemanan secara tiba-tiba saat tidak lagi merasa “diuntungkan”
Bisakah Pertemanan Ini Bertahan Lama?
Jawabannya: sangat bergantung. Jika kamu bisa menetapkan batas yang kuat, menjaga jarak emosional, dan tidak bergantung secara psikologis, maka pertemanan ini bisa tetap berjalan—meski tidak sehat sepenuhnya.
Namun jika kamu terus-menerus merasa tidak dihargai, disalahkan, atau dimanfaatkan, mungkin sudah saatnya mempertimbangkan ulang hubungan tersebut. Hubungan yang sehat tidak membuatmu mempertanyakan nilai dirimu sendiri.
Bagaimana Menjaga Diri Jika Berteman dengan Narsisis?
- Tetapkan batas emosional: Jangan biarkan mereka masuk terlalu dalam ke ranah pribadimu jika mereka tidak bisa menjaga kepercayaan.
- Jangan berharap perubahan besar: Terutama jika mereka tidak menyadari atau mengakui perilakunya.
- Utamakan dirimu: Kesehatan mentalmu lebih penting daripada mempertahankan relasi yang membuatmu lelah.
- Bicaralah dengan profesional: Jika kamu merasa terjebak atau mulai meragukan dirimu sendiri secara terus-menerus.
Penutup
Pertemanan seharusnya memberi ruang untuk tumbuh, bukan membuatmu terus-menerus bertanya: “Apa aku yang salah?”. Jika kamu sedang dalam relasi yang terasa seperti itu, tenang—kamu tidak sendiri. Kenali polanya, dan izinkan dirimu mengambil langkah yang melindungi kesehatan emosimu.
Sumber:
Campbell, W. K. & Foster, C. A. (2007). The Narcissistic Self: Background, an Extended Agency Model, and Ongoing Controversies. Journal of Personality.
Back, M. D. et al. (2010). Narcissistic admiration and rivalry: Disentangling the bright and dark sides of narcissism. Journal of Personality and Social Psychology.
APA.org | NPD Diagnostic Criteria – American Psychiatric Association.