Dampak Orang Tua Narsisis pada Hubungan Sibling Rivalry

Dampak orang tua narsisis pada hubungan sibling rivalry

edukasinpd.com – Pernahkah kamu merasa ada “favorit” di dalam keluargamu? Atau mungkin kamu dan saudaramu sering bertengkar tanpa alasan yang jelas? Jika iya, ada kemungkinan besar kamu dibesarkan oleh orang tua yang memiliki sifat narsistik.

Orang tua narsisis memiliki kebutuhan besar untuk merasa superior dan dikagumi. Sayangnya, mereka sering kali mencapai itu dengan cara membanding-bandingkan anak-anak mereka, menciptakan persaingan yang tidak sehat di antara saudara kandung. Akibatnya, sibling rivalry yang seharusnya alami dan sehat berubah menjadi luka emosional yang bertahan hingga dewasa.

Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana pola asuh narsistik memengaruhi hubungan antar saudara, serta bagaimana kita bisa menyembuhkan diri dari dampak ini.

1. Bagaimana Orang Tua Narsisis Menciptakan Sibling Rivalry?

Sibling rivalry sebenarnya adalah hal yang wajar. Anak-anak sering bersaing untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua. Namun, pada keluarga dengan orang tua narsisis, persaingan ini sengaja diperburuk. Mengapa? Karena orang tua narsisis melihat anak-anak mereka bukan sebagai individu, tetapi sebagai perpanjangan dari diri mereka sendiri.

Ada beberapa cara khas yang dilakukan orang tua narsisis untuk memicu sibling rivalry:

a) The Golden Child vs. The Scapegoat

Konsep ini mungkin sudah tidak asing lagi. Orang tua narsisis sering kali membagi anak-anak mereka ke dalam peran tertentu:

  • Golden Child (Anak Emas): Anak yang dianggap “sempurna” dan selalu mendapat pujian. Biasanya, mereka menjadi kebanggaan orang tua dan diperlakukan dengan lebih baik.
  • Scapegoat (Kambing Hitam): Anak yang selalu disalahkan atas segala masalah. Mereka sering dikritik, direndahkan, atau bahkan dijadikan tempat pelampiasan emosi orang tua.

Peran ini tidak selalu tetap, dan kadang bisa berubah tergantung pada situasi. Tapi satu hal yang pasti, perbedaan perlakuan ini menciptakan rasa sakit dan kecemburuan yang mendalam di antara saudara kandung.

Baca Juga:  Golden Child dan Scapegoat dalam Keluarga Narsistik

b) Permainan Favoritisme

Orang tua narsisis sering menggunakan favoritisme sebagai alat untuk mengontrol anak-anak mereka. Satu hari mereka bisa memuji satu anak setinggi langit, lalu besoknya mengabaikannya dan beralih ke anak lain. Ini membuat saudara-saudara kandung terus-menerus berusaha memenangkan perhatian orang tua, bahkan jika itu berarti harus menjatuhkan satu sama lain.

Penelitian menunjukkan bahwa favoritisme orang tua dapat berdampak negatif pada kesejahteraan anak-anak. Sebuah studi dari Journal of Family Psychology menemukan bahwa anak-anak yang merasa diperlakukan secara tidak adil oleh orang tua cenderung mengalami kecemasan, depresi, dan hubungan yang kurang harmonis dengan saudara mereka.

c) Mengadu Domba dan Gaslighting

Orang tua narsisis juga sering memanipulasi anak-anak mereka dengan cara mengadu domba. Mereka mungkin mengatakan kepada anak yang satu bahwa saudaranya tidak menyukainya atau menyebarkan kebohongan untuk menciptakan perpecahan.

Mereka juga bisa melakukan gaslighting, yaitu membuat anak-anak mereka meragukan kenyataan. Misalnya, jika seorang anak mengeluh diperlakukan tidak adil, orang tua narsisis bisa berkata:
“Kamu terlalu sensitif! Itu semua cuma di kepalamu saja.”

Dengan cara ini, saudara kandung akhirnya tumbuh dengan rasa tidak percaya satu sama lain, bukannya bersatu menghadapi perlakuan tidak sehat dari orang tua mereka.

2. Dampak Jangka Panjang pada Hubungan Saudara

Sibling rivalry yang dipicu oleh orang tua narsisis tidak berhenti di masa kanak-kanak. Hubungan saudara yang terbentuk dalam lingkungan toksik ini sering kali berlanjut hingga dewasa, menyebabkan berbagai dampak negatif seperti:

a) Hubungan yang Penuh Ketegangan atau Terputus

Banyak anak yang tumbuh dalam keluarga narsistik akhirnya memilih untuk menjauh dari saudara mereka. Ini bisa disebabkan oleh luka emosional yang terlalu dalam atau karena pola persaingan yang terus berlanjut.

Baca Juga:  Saudara Narsistik dan Drama Tak Berujung di Keluarga

b) Rasa Rendah Diri dan Perfeksionisme

Anak-anak yang selalu dibanding-bandingkan cenderung tumbuh dengan perasaan tidak pernah cukup baik. Mereka mungkin menjadi perfeksionis, selalu merasa harus membuktikan diri, atau justru menarik diri dari segala bentuk kompetisi karena takut gagal.

c) Kesulitan dalam Hubungan Sosial

Saudara yang sering diadu domba oleh orang tua narsisis bisa tumbuh menjadi individu yang kesulitan membangun kepercayaan dalam hubungan sosial. Mereka mungkin selalu merasa harus bersaing atau sulit mempercayai orang lain.

3. Bagaimana Menyembuhkan Diri dari Luka Ini?

Jika kamu tumbuh dalam keluarga dengan orang tua narsisis, jangan khawatir—ada cara untuk menyembuhkan diri dan memperbaiki hubungan dengan saudara kandung, jika memungkinkan.

a) Sadari Pola yang Terjadi

Langkah pertama adalah menyadari bahwa perpecahan yang terjadi bukan salahmu atau saudaramu, tetapi merupakan akibat dari pola asuh narsistik. Memahami ini bisa membantumu melihat situasi dengan lebih objektif.

b) Tetapkan Batasan yang Sehat

Jika saudaramu masih terpengaruh oleh dinamika keluarga yang toksik, penting untuk menetapkan batasan. Tidak semua hubungan bisa diperbaiki, dan kadang menjaga jarak adalah pilihan terbaik.

c) Bangun Kepercayaan secara Perlahan

Jika kamu dan saudaramu ingin memperbaiki hubungan, mulailah dengan membangun kepercayaan secara perlahan. Bicarakan perasaanmu dengan jujur, tetapi tanpa menyalahkan. Fokus pada membangun hubungan yang lebih sehat, tanpa perlu mengulang pola lama.

d) Cari Dukungan

Terapi atau dukungan dari komunitas bisa sangat membantu dalam proses penyembuhan. Terapi keluarga juga bisa menjadi pilihan jika kedua belah pihak bersedia untuk bekerja sama memperbaiki hubungan.

Kesimpulan

Orang tua narsisis sering kali tanpa sadar menciptakan sibling rivalry yang penuh dengan luka dan persaingan tidak sehat. Namun, bukan berarti kita harus terjebak dalam pola ini selamanya. Dengan kesadaran, batasan yang sehat, dan usaha untuk membangun hubungan yang lebih baik, kita bisa membebaskan diri dari pengaruh pola asuh yang toksik ini.

Baca Juga:  Dampak Tak Terduga Punya Orang Tua Narsisis di Hidup Anda

Ingat, kamu bukan apa yang orang tuamu katakan tentang dirimu. Kamu punya kendali untuk membentuk hubungan yang lebih sehat dan masa depan yang lebih baik.

Referensi:

  • Jensen, A. C., Whiteman, S. D., Fingerman, K. L., & Birditt, K. S. (2013). “Perceived Parental Favoritism and Sibling Relations in Adulthood.” Journal of Family Psychology, 27(2), 229–238.
  • Miller, L. (2018). The Narcissistic Family: Diagnosis and Treatment. New York: Wiley.

Semoga artikel ini bermanfaat! Jika kamu merasa artikel ini bisa membantu orang lain, jangan ragu untuk membagikannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Isi form berikut untuk berlangganan artikel terbaru Edukasi NPD