“Aku cuma ingin damai, tapi kenapa rasanya aku kembali tersakiti?”
Mungkin kamu pernah berniat baik ingin berdamai dengan teman yang dulu menyakitimu. Tapi entah mengapa, setelah ‘baikan’, hubungan itu kembali membuatmu lelah, bingung, bahkan ragu dengan dirimu sendiri. Jika temanmu memiliki kecenderungan narsistik, niat baikmu bisa saja disalahgunakan. Artikel ini akan membantumu memahami kenapa berdamai dengan teman narsisis tidak sesederhana yang dibayangkan.
Berdamai Tidak Sama dengan Kembali Dekat
“Baikan” bisa berarti banyak hal. Ada yang menganggap berdamai berarti kembali akrab seperti dulu. Padahal, berdamai sejati adalah proses internal: kita memilih untuk tidak membawa luka lama ke masa depan—tanpa harus kembali membiarkan orang yang sama menyakiti kita.
Sayangnya, dalam relasi dengan narsisis, berdamai sering dianggap sebagai izin untuk mengulang siklus lama.
Narsisis Bisa Memanfaatkan Niat Baikmu
Dalam dunia psikologi, ini dikenal sebagai hoovering: saat narsisis berpura-pura berubah demi mendapatkan kembali pengaruh atasmu. Mereka bisa muncul dengan pesan manis, permintaan maaf yang menyentuh, atau ajakan nostalgia. Tapi di balik itu, ada agenda tersembunyi.
Menurut Dr. Ramani Durvasula, psikolog klinis dan pakar hubungan narsistik, “Narsisis tidak berdamai karena ingin memperbaiki hubungan, mereka berdamai untuk menjaga akses terhadap kendali.”
Tanda Bahwa ‘Berdamai’ Itu Berisiko
- Mereka tidak benar-benar mengakui kesalahan, hanya bilang “maaf kalau kamu tersinggung”
- Setelah ‘baikan’, kamu malah makin ragu dan tidak percaya diri
- Mereka bersikap baik hanya saat butuh sesuatu
- Hubungan tetap tidak setara—kamu yang selalu berusaha memahami, mereka tidak
Kapan Berdamai Bisa Dipertimbangkan?
Dalam kasus yang jarang, berdamai mungkin bisa dilakukan bila:
- Orang tersebut menunjukkan perubahan nyata dalam perilakunya
- Ada pengakuan yang jujur tanpa menyalahkan kamu
- Dia menjalani terapi atau punya support system yang membantu proses penyembuhan
- Kamu sudah menetapkan batas yang jelas dan siap menjaga jarak emosional bila perlu
Tips Jika Kamu Ingin Mencoba Berdamai
- Kenali niatmu — ingin damai, atau ingin “diperbaiki” oleh mereka?
- Jangan berharap validasi — narsisis jarang memberi empati yang tulus
- Gunakan komunikasi netral — hindari membuka luka lama terlalu dalam
- Tetapkan batas interaksi — misalnya, hanya bertukar kabar ringan saja
Kamu Boleh Memaafkan, Tapi Tak Harus Dekat Kembali
Memaafkan tidak selalu harus berarti menerima kembali. Terkadang, berdamai terbaik adalah dengan menjaga jarak. Hubungan yang sehat tidak membuatmu ragu pada dirimu sendiri, tidak membuatmu merasa bersalah atas perasaanmu sendiri.
Jaga dirimu. Niat baikmu berharga, jangan disia-siakan oleh orang yang tak bisa menghargainya.
Referensi:
- Durvasula, R. (2019). Don’t You Know Who I Am? How to Stay Sane in an Era of Narcissism, Entitlement, and Incivility.
- American Psychological Association. (2023). Understanding toxic relationships and emotional boundaries.
- Campbell, W. K., & Foster, C. A. (2007). The Narcissistic Self: Background, an Extended Agency Model, and Ongoing Controversies. In Self and Relationships.