Pernah punya teman yang di awal begitu memesona, penuh perhatian, dan selalu tahu cara membuat suasana hidup? Tapi lama-lama, hubungan itu justru terasa berat, penuh drama, dan kamu mulai merasa lelah secara emosional. Kalau iya, bisa jadi kamu pernah menjalin pertemanan dengan seorang narsisis.
Meskipun pada awalnya terlihat menyenangkan, individu dengan Narcissistic Personality Disorder (NPD) sering kesulitan mempertahankan persahabatan jangka panjang. Tapi kenapa bisa begitu? Yuk, kita bahas bersama dari sisi psikologi.
Sekilas Tentang NPD dan Relasi Sosial
Narcissistic Personality Disorder adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan perasaan penting diri yang berlebihan, haus pujian, dan empati yang sangat rendah. Orang dengan NPD juga cenderung memanfaatkan orang lain untuk kepentingannya sendiri.
Dalam konteks persahabatan, hal ini menjadi masalah. Hubungan pertemanan yang sehat dibangun di atas kepercayaan, empati, dan timbal balik—sesuatu yang sulit dijalani oleh narsisis dalam jangka panjang.
Mengapa Persahabatan dengan Narsisis Tidak Bertahan Lama
Hubungan dengan narsisis biasanya melewati siklus: idealisasi di awal, lalu eksploitasi, dan akhirnya pengabaian. Di awal, mereka akan membuatmu merasa spesial dan sangat dibutuhkan. Tapi begitu kamu tak lagi “menguntungkan”, mereka bisa menjadi cuek, manipulatif, atau bahkan menyakitkan.
Beberapa alasan mengapa hubungan persahabatan dengan narsisis sulit bertahan:
- Mereka butuh kontrol: Narsisis ingin menjadi pusat perhatian dan mudah marah jika kamu mulai mandiri.
- Minim empati: Mereka kesulitan memahami perasaanmu atau menempatkan diri di posisimu.
- Kompetitif secara diam-diam: Bahkan dalam persahabatan, mereka bisa merasa tersaingi dan mencoba menjatuhkanmu secara halus.
- Tidak suka dikritik: Jika kamu menyampaikan keberatan, mereka bisa merespons dengan defensif atau memutarbalikkan fakta.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Personality and Individual Differences (2016) menunjukkan bahwa individu dengan tingkat narsisisme tinggi cenderung memiliki hubungan sosial yang dangkal dan kurang stabil, terutama ketika kebutuhan validasi mereka tidak terpenuhi.
Tanda Kamu Berteman dengan Narsisis
Tidak semua orang dengan kepribadian kuat adalah narsisis. Tapi jika kamu merasa:
- Sering dimanfaatkan tapi jarang didukung,
- Selalu disalahkan saat terjadi konflik,
- Merasa kelelahan emosional setelah berinteraksi,
- Tidak bisa menjadi diri sendiri tanpa dikritik,
…maka besar kemungkinan kamu sedang berteman dengan seseorang yang punya kecenderungan narsistik.
Bagaimana Menjaga Jarak Sehat
Bila kamu merasa persahabatan itu lebih banyak menyakiti daripada menguatkan, tidak apa-apa untuk mengambil jarak. Berikut beberapa langkah yang bisa kamu lakukan:
- Kenali polanya: Sadarilah dinamika yang tidak sehat sejak awal.
- Batasi keterlibatan emosional: Jangan terlalu menggantungkan validasi atau dukungan darinya.
- Tegaskan batasan: Jangan takut berkata “tidak” jika sesuatu terasa tidak adil.
- Dapatkan dukungan luar: Temui teman lain atau profesional untuk memvalidasi perasaanmu.
Penutup
Narsisis memang bisa memikat di awal, tapi persahabatan sejati tidak dibangun atas dasar manipulasi dan ekspektasi sepihak. Jika kamu terus merasa tidak cukup baik, selalu disalahkan, atau lelah secara emosional dalam hubungan pertemanan—mungkin sudah waktunya untuk evaluasi ulang.
Ingat, persahabatan yang sehat seharusnya membuatmu merasa diterima, bukan dipakai. Kamu berhak memilih relasi yang membangun, bukan meruntuhkan.
Karena teman sejati tidak akan membuatmu mempertanyakan harga dirimu sendiri.