Pernahkah kamu merasa seseorang tampak peduli, namun justru memanipulasi di balik sikapnya yang “empatik”? Bisa jadi, kamu sedang berhadapan dengan seseorang yang memiliki Narcissistic Personality Disorder (NPD). Meskipun salah satu ciri khas narsisis adalah kurang empati, penelitian terbaru menunjukkan bahwa kenyataannya tidak sesederhana itu.
Apa Itu NPD dan Kenapa Empati Jadi Sorotan?
NPD adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan perasaan diri yang berlebihan, kebutuhan akan pujian, dan kurangnya empati. Menurut American Psychiatric Association, individu dengan NPD memiliki pola pikir dan perilaku yang mengabaikan kebutuhan dan perasaan orang lain.
Tapi apakah itu berarti narsisis benar-benar tidak punya empati? Atau justru mereka bisa memahaminya, tapi memakainya untuk tujuan lain?
Studi Terbaru: Empati Narsisis Tidak Selalu Hilang
Dalam sebuah studi yang diterbitkan oleh Personality and Mental Health Journal (2021), para peneliti menemukan bahwa individu dengan NPD cenderung memiliki empati kognitif (memahami perasaan orang lain), tetapi minim empati afektif (merasakan apa yang orang lain rasakan).
Artinya, mereka tahu apa yang kamu rasakan, tapi mereka tidak ikut merasakannya. Bahkan, pemahaman ini bisa dimanfaatkan untuk memanipulasi situasi atau mengontrol orang lain secara emosional.
Psikolog Dr. Elsa Ronningstam dari Harvard Medical School juga menyatakan dalam risetnya bahwa beberapa narsisis memiliki empati dalam bentuk yang terbatas, dan kadang muncul hanya jika itu menguntungkan mereka secara sosial atau personal.
Empati yang Dimanipulasi: Bagaimana Korban Bisa Terjebak?
Salah satu jebakan emosional terbesar dalam hubungan dengan narsisis adalah sikap empatik yang tidak konsisten. Di satu waktu mereka bisa mendengarkan dan memberi dukungan, tapi di waktu lain mereka mengabaikan bahkan menyalahkan.
Ini menciptakan kebingungan emosional yang dikenal sebagai trauma bonding, di mana korban tetap bertahan karena merasa pernah “dimengerti”. Inilah kenapa banyak orang sulit lepas dari hubungan yang menyakitkan—karena ada ilusi empati yang membuat mereka merasa hubungan itu masih punya harapan.
Dalam banyak kasus, narsisis menggunakan empati untuk:
- Memperoleh informasi emosional untuk dikendalikan di kemudian hari
- Membangun citra baik di awal hubungan
- Meminta maaf secara manipulatif untuk menghindari konsekuensi
Bagaimana Menyikapinya?
Memahami bahwa empati bisa dipakai sebagai alat manipulasi adalah langkah pertama untuk melindungi diri. Jika kamu merasa bingung apakah seseorang benar-benar peduli atau hanya berpura-pura:
- Perhatikan apakah tindakan mereka konsisten dengan kata-katanya
- Evaluasi apakah empati mereka muncul hanya saat mereka membutuhkan sesuatu
- Kenali pola manipulatif seperti gaslighting, silent treatment, atau permainan perasaan
Jangan ragu untuk membatasi interaksi atau mencari bantuan psikolog jika kamu merasa emosi dan harga dirimu terus dikuras.
Penutup
Empati seharusnya menjadi jembatan yang menghubungkan, bukan senjata untuk mengendalikan. Penelitian terbaru membuka mata kita bahwa tidak semua narsisis kehilangan empati—beberapa justru menggunakannya secara strategis.
Mengenali ini bukan untuk menghakimi, tapi untuk membebaskan dirimu dari ilusi hubungan yang tidak sehat. Karena kamu layak mendapatkan relasi yang jujur, sehat, dan benar-benar peduli.
Empati sejati tidak membuatmu merasa bingung—ia membuatmu merasa aman.
Sumber:
Ronningstam, E. (2011). Narcissistic Personality Disorder: A Clinical Perspective. Harvard Medical School.
Sundararajan, V. et al. (2021). Narcissistic Traits and Empathy: A Meta-Analytic Review. Personality and Mental Health Journal.
American Psychiatric Association. What is Narcissistic Personality Disorder