
Pernah merasa seperti sudah “bebas” dari seseorang yang manipulatif, tapi tiba-tiba mereka muncul lagi dengan berbagai cara manis, pesan-pesan nostalgia, atau bahkan ancaman halus? Kalau iya, bisa jadi Anda sedang menjadi target dari teknik yang dikenal sebagai hoovering.
Di artikel ini, kita akan kupas tuntas tentang apa itu hoovering, bagaimana narsisis menggunakannya, dan tentu saja—bagaimana Anda bisa melindungi diri. Yuk, kita bahas dengan santai, tapi tetap ilmiah!
Pernah nggak, kamu merasa kesulitan saat harus memberikan masukan ke rekan kerja yang (sepertinya) sangat berbakat, percaya diri, tapi… begitu diberi kritik, reaksinya meledak atau malah defensif banget? Bisa jadi, kamu sedang berhadapan dengan seseorang yang memiliki Narcissistic Personality Disorder (NPD), atau setidaknya memiliki kecenderungan perilaku narsistik.
Di artikel ini, kita akan kupas tuntas, mengapa narsisis sering kali tidak bisa menerima kritik di lingkungan kerja, dan bagaimana kita bisa menghadapinya dengan lebih bijak.
Di era digital ini, media sosial bukan sekadar tempat berbagi momen atau mencari informasi. Lebih dari itu, ia telah menjadi cermin yang memantulkan bagaimana kita melihat diri sendiri—dan bagaimana kita ingin dilihat oleh orang lain. Namun, apa jadinya jika media sosial justru memperkuat sifat narsistik atau bahkan berkontribusi pada Narcissistic Personality Disorder (NPD)?
Kita semua mungkin pernah melihat atau bahkan mengenal seseorang yang tampaknya hidup untuk likes, views, dan followers. Tapi apakah ini hanya bagian dari budaya digital, atau ada sesuatu yang lebih dalam yang terjadi?
Mari kita kupas bagaimana media sosial berperan dalam membentuk perilaku narsistik dan apa dampaknya bagi individu dengan NPD.
Pernahkah kamu berhadapan dengan seseorang yang, ketika menghadapi kegagalan, langsung menyalahkan orang lain, mencari alasan, atau bahkan marah besar? Jika iya, mungkin orang tersebut memiliki kecenderungan narsistik.
Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau Gangguan Kepribadian Narsistik adalah kondisi psikologis yang membuat seseorang memiliki rasa superioritas yang berlebihan, kebutuhan besar akan pujian, serta empati yang sangat minim terhadap orang lain. Salah satu ciri khas dari seorang narsisis adalah ketidakmampuannya dalam menghadapi kegagalan. Tapi, mengapa begitu? Yuk, kita bahas lebih dalam.
Ketika seseorang mengalami hubungan yang penuh manipulasi, gaslighting, atau kritik tajam dari seorang narsistik, harga diri bisa hancur berkeping-keping. Rasanya seperti kehilangan jati diri—seakan-akan setiap keputusan yang diambil salah, setiap usaha tidak cukup, dan setiap kata yang keluar selalu dipertanyakan.
Jika kamu merasa seperti ini, pertama-tama, ketahuilah: ini bukan salahmu. Kamu berhak memiliki harga diri yang sehat dan kuat. Tapi bagaimana cara membangunnya kembali setelah dihancurkan oleh seseorang dengan Narcissistic Personality Disorder (NPD)?
Mari kita bahas langkah-langkahnya!
Kami memahami bahwa banyak orang belum memahami dinamika narsistik secara mendalam. EdukasiNPD.com hadir sebagai sumber daya untuk belajar, mendapatkan dukungan, dan memulai perjalanan penyembuhan.
Temukan artikel, panduan, dan cerita yang membantu Anda memahami perilaku narsistik, mengatasi dampaknya, dan menuju kehidupan yang lebih sehat.
Copyright © 2024 Edukasi NPD. All Rights Reserved.
Langkah Menuju Kesejahteraan Mental