Pernah merasa selalu takut ditinggalkan, sulit percaya pada pasangan, atau merasa harus selalu membuktikan diri dalam hubungan? Jika iya, bisa jadi ini bukan hanya soal kepribadianmu—melainkan jejak dari masa kecil, dari pola asuh yang tidak sehat. Dan salah satu yang sering luput dikenali adalah pola asuh narsistik.
Apa Itu Pola Asuh Narsistik?
Orang tua dengan kecenderungan narsistik bukan hanya mereka yang suka pamer atau merasa paling benar. Dalam konteks pengasuhan, mereka sering menjadikan anak sebagai cerminan ego mereka. Kasih sayang yang diberikan bersifat bersyarat—anak dipuji jika sesuai harapan, tapi diabaikan atau dikritik jika menunjukkan sisi yang “tidak sempurna”.
Menurut Dr. Lindsay Gibson dalam bukunya Adult Children of Emotionally Immature Parents, anak-anak dari orang tua narsistik cenderung tidak mendapatkan validasi emosional yang sehat. Mereka diprogram untuk mengabaikan kebutuhan sendiri demi menjaga kestabilan emosi orang tuanya.
Bagaimana Dampaknya pada Hubungan Saat Dewasa?
Anak yang tumbuh dalam pola asuh seperti ini seringkali membawa luka tak terlihat ke dalam hubungan dewasanya. Tanpa disadari, mereka:
- Mudah merasa bersalah walau tidak melakukan kesalahan
- Menjadi people pleaser agar tidak ditolak
- Menarik diri saat mulai dekat secara emosional
- Memilih pasangan yang mengulang pola kontrol atau merendahkan
- Kesulitan mengatakan tidak atau menetapkan batas sehat
Penelitian dalam jurnal Personality and Individual Differences (2020) menemukan bahwa individu dengan orang tua narsistik memiliki risiko lebih tinggi mengalami kecemasan relasional dan pola ketergantungan emosional yang tidak sehat.
Tanda-Tanda Luka Pengasuhan Masih Aktif
Tidak semua luka masa kecil langsung terlihat. Beberapa sinyal yang sering muncul:
- Selalu merasa tidak cukup baik, bahkan saat sudah berusaha keras
- Takut mengutarakan perasaan karena khawatir ditolak
- Menghindari konflik demi menjaga kedamaian semu
- Merasa kehilangan arah jika tidak ada validasi dari luar
Apa yang Bisa Dilakukan untuk Memulai Pemulihan?
Kabar baiknya, luka masa kecil bukan vonis seumur hidup. Ada banyak jalan untuk mulai pulih, di antaranya:
- Kenali Pola yang Berulang: Apa yang kamu rasakan sekarang bisa jadi cerminan pola lama yang belum selesai.
- Tulis Jurnal Emosi: Menuliskan perasaan membantumu mengenali pola pikir yang diwariskan dan bukan milikmu sendiri.
- Berlatih Self-Compassion: Kamu tidak harus sempurna untuk dicintai. Beri ruang untuk jadi manusia biasa.
- Cari Dukungan Profesional: Terapi inner child atau terapi hubungan bisa sangat membantu memperbaiki pola yang tidak sehat.
Penutup
Mungkin kamu tidak bisa memilih seperti apa orang tuamu mendidikmu dulu. Tapi kamu selalu bisa memilih seperti apa kamu ingin menjalani hidup ke depan. Termasuk hubungan seperti apa yang layak kamu jaga, dan luka mana yang perlu kamu pulihkan.
Karena kamu bukan definisi dari masa lalu, tapi potensi dari versi terbaik dirimu yang sedang tumbuh.
Sumber:
Gibson, L. (2015). Adult Children of Emotionally Immature Parents. New Harbinger Publications.
Green, B. et al. (2020). Narcissistic Parenting and Its Long-Term Effects on Children’s Relationship Patterns. Personality and Individual Differences.
American Psychological Association. www.apa.org