Trik Narsisis Menjadi Korban Demi Mendapat Simpati

Trik Narsisis Menjadi Korban Demi Mendapat Simpati

edukasinpd.com – Pernah merasa bersalah dalam suatu konflik, padahal sebenarnya kamu yang disakiti? Atau pernah menghadapi seseorang yang terus-menerus menceritakan penderitaannya, tapi entah kenapa kamu merasa seperti sedang dimanipulasi?

Ini bukan hal yang aneh. Bisa jadi, kamu sedang berhadapan dengan seseorang yang memiliki ciri Narcissistic Personality Disorder (NPD), yang pintar memainkan peran sebagai korban demi menarik simpati dan menghindari tanggung jawab.

Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana pola ini bekerja, kenapa kita sering tidak menyadarinya, dan apa yang bisa kita lakukan untuk melindungi diri tanpa merasa bersalah.

Yuk, kita kupas sama-sama, agar kamu bisa lebih sadar dan tak lagi mudah tertipu oleh topeng “korban” palsu yang sering digunakan narsisis!

Mengenal Singkat Apa Itu Narcissistic Personality Disorder (NPD)

NPD adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan rasa penting diri yang berlebihan, kebutuhan akan pujian dan kekaguman, serta kurangnya empati terhadap orang lain.

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), seseorang dengan NPD seringkali:

  • Merasa dirinya spesial dan lebih unggul dari orang lain
  • Sulit menerima kritik
  • Suka mengeksploitasi hubungan demi keuntungan pribadi
  • Tidak peduli pada perasaan orang lain

Tapi tunggu dulu, NPD bukan sekadar seseorang yang “narsis” atau suka selfie, ya. Ini adalah kondisi psikologis yang kompleks, dan salah satu taktik khasnya adalah berpura-pura menjadi korban.

Mengapa Narsisis Sering Memainkan Peran Sebagai Korban?

Salah satu taktik favorit seorang narsisis adalah memposisikan diri sebagai pihak yang tersakiti, meskipun sebenarnya merekalah yang menyakiti. Kenapa? Karena dengan menjadi korban, mereka bisa mengalihkan perhatian dari perilaku buruk mereka sendiri, sekaligus menarik simpati dan dukungan dari orang lain.

Baca Juga:  Apa yang Membuat Narsisis Sulit Disukai oleh Orang di Sekitarnya?

Ini disebut “victim playing”—strategi manipulasi yang membuat orang lain merasa kasihan dan ragu untuk menyalahkan mereka. Dalam dunia psikologi, perilaku ini sering dikaitkan dengan pola manipulatif yang digunakan oleh individu dengan gangguan kepribadian, termasuk NPD.

Beberapa Teknik yang Sering Digunakan

  • Gaslighting: Membuat kamu meragukan ingatan atau persepsimu sendiri. Contoh: “Kamu lebay banget, aku nggak pernah ngomong gitu!”
  • Blame-shifting: Menyalahkan kamu atas hal yang sebenarnya mereka lakukan. Contoh: “Aku marah karena kamu bikin aku kesal duluan.”
  • Triangulation: Membawa pihak ketiga untuk membenarkan tindakan mereka. Misalnya, “Temen-temenku juga bilang kamu yang salah.”

Dengan memainkan peran korban, narsisis bisa mencuci tangan dari kesalahan, dan malah membuatmu merasa bersalah karena tidak “cukup pengertian”.

Kenapa Kita Mudah Terjebak Dalam Pola Ini?

Karena secara alami, kita diajarkan untuk berempati. Kita tak tega melihat orang menderita, apalagi jika mereka terlihat “rapuh”. Tapi narsisis memanfaatkan empati ini untuk memanipulasi.

Kadang, kita juga terjebak dalam trauma bond, yaitu keterikatan emosional yang terbentuk melalui pola berulang antara perlakuan manis dan menyakitkan. Ini bikin kita bingung: “Dia jahat sih, tapi dia juga pernah sangat baik ke aku…”

Pada akhirnya, kita jadi merasa bertanggung jawab atas kebahagiaannya, padahal seharusnya kita melindungi diri sendiri terlebih dahulu.

Tanda-Tanda Kamu Sedang Menghadapi Narsisis yang Berperan Sebagai Korban

Tidak selalu mudah untuk menyadari bahwa kamu sedang dimanipulasi. Tapi berikut ini beberapa tanda umum yang bisa kamu perhatikan:

  • Kamu merasa bersalah tanpa alasan jelas.
    Mereka membuatmu merasa seperti kamu terus-menerus menyakiti mereka, bahkan saat kamu sedang memperjuangkan hal yang wajar.
  • Mereka selalu punya “daftar penderitaan”.
    Apapun yang terjadi, mereka punya cerita sedih untuk menarik perhatian dan mengalihkan fokus dari kesalahan mereka.
  • Kamu diminta terus memahami mereka, tapi mereka tak pernah memahami kamu.
    Hubungan jadi satu arah: kamu jadi perawat luka mereka, tapi lukamu sendiri diabaikan.
  • Drama emosional berlebihan.
    Tiba-tiba menangis, mendramatisasi konflik kecil, atau merasa “selalu diserang” — semua itu bisa jadi cara untuk mengontrol situasi.
Baca Juga:  Narsisme vs NPD Ini Cara Membedakan Keduanya

Apa yang Bisa Kamu Lakukan?

Kalau kamu mulai menyadari pola ini, penting untuk bertindak. Bukan untuk menyerang balik, tapi untuk melindungi kesehatan mentalmu.

  • Kenali dan validasi perasaanmu sendiri.
    Kamu berhak merasa tidak nyaman atau lelah dalam hubungan yang tidak sehat.
  • Tetapkan batasan.
    Jangan ragu untuk bilang “tidak”, atau menarik diri saat kamu merasa manipulasi mulai terjadi.
  • Jangan mencoba menyelamatkan mereka.
    Kamu bukan terapis mereka. Kalau mereka benar-benar ingin berubah, mereka butuh bantuan profesional.
  • Konsultasikan dengan psikolog.
    Apalagi jika kamu merasa sudah terlalu lelah, terjebak, atau sulit membedakan mana yang nyata dan manipulasi.

Penutup: Jangan Biarkan Kamu Kehilangan Diri Sendiri

Memahami cara kerja manipulasi emosional dari seorang narsisis bukan berarti kamu menjadi keras hati. Sebaliknya, ini adalah bentuk perlindungan diri agar kamu tidak terus-menerus menjadi korban dalam dinamika yang tidak sehat.

Seperti dikatakan oleh Psychology Today:

“People who hurt you will eventually play the victim if you react to their abuse.”

Jadi, tetap waspada, jaga batasan, dan ingat: kamu berhak atas hubungan yang sehat dan saling menghargai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Isi form berikut untuk berlangganan artikel terbaru Edukasi NPD